Mencintai dia ibarat menulis suatu buku cerita
Saya ciptakan tokoh nya sendiri
Saya rangkai jalan ceritanya sendiri
Cuma beda nya, saya tidak kuasa buat endingnya sesuai ekspektasi saya sendiri
Sebaik baiknya rangkaian cerita
Pemilik semesta tetap yang tentukan akhirnya
Tokoh yang saya buat ibarat manusia paling sempurna dalam sudut pandang saya
Semua selalu terlihat baik bahkan sangat baik
Tanpa peduli keburukan apa yang diperbuat
Semua tetap selalu terlihat baik
Buta? Bodoh? Entah apapun itu katanya
Saya tidak sadar bahwa sempurna nya dia dalam sudut pandang saya buat dia terlihat sebagai tokoh paling buruk dalam sudut pandang orang lain
Saya tidak sadar bahwa tokoh paling favorit yang saya ciptakan, ternyata jadi tokoh yang paling tidak disukai oleh orang lain
“Temukan yang lebih baik”
“Dia bukan satu satunya yang terbaik”
Dengan mudahnya mereka selalu mengulang ulang kalimat itu
Mereka ga akan pernah paham tentang rasa yang saya punya
Tapi memang mereka tidak perlu paham
Karena rasa ini bukan milik mereka
Ketika memutuskan untuk jatuh cinta
Harusnya saya paham untuk siap jatuh karena cinta
Kecewa, terluka, patah hati, harusnya jadi rasa yang sudah diprediksi sejak awal
Tapi hati terlalu egois
Tidak mau menerima kenyataan bahwa ada beberapa hal yang memang sangat menyakitkan
Tapi lebih memilih berpura pura bodoh seakan yang terjadi hanya hal hal bahagia
Seakan apapun yang terjadi bisa dilupakan di esok hari
Tapi gapapa, dari situ saya belajar
Ada yang namanya proses perubahan menuju dewasa
Yang mungkin hanya bisa saya mengerti ketika keadaannya seperti ini
Saya sama sekali tidak membencinya
Hanya saja, sangat ingin menghapuskan rasa untuknya
Tapi belum tau bagaimana caranya
Mungkin, suatu hari nanti, saat saya sudah bersama orang lain, begitupun dengan dirinya, tulisan ini akan jadi salah satu kenangan manis
Tentang pembelajaran perjalanan cinta, antara saya, dengan dia yang bukan ditakdirkan untuk saya
Komentar
Posting Komentar